SELAMAT DATANG

Hidup tanpa sehat takkan bahagia

Selasa, 10 Agustus 2010

Kandungan Parasetamol

Hati-hati minum Parasetamol

Parasetamol bisa jadi merupakan salah satu obat yang paling banyak di konsumsi. Berbagai merek obat panas, sakit kepala, batuk pilek serta indikasi-indikasi lain ternyata mengandung bahan baku yang satu ini. Tidak dapat disalahkan, Parasetamol memang dikenal efektif untuk mengurangi nyeri dan demam. Selain itu, relatif aman (misalnya tidak memicu sakit maag dan perdarahan lambung) dan murah pula harganya.

Sayangnya, karena mungkin dianggap “sangat aman”, kelebihan tersebut banyak digembar-gemborkan bahkan menjadi nilai jual suatu produk. Akibatnya, konsumen bisa terlena dan lupa bahwa dibalik setiap obat apapun sesungguhnya ada efek samping yang mengintai. Mulai dari gangguan ringan sampai kematian.

Efek samping Parasetamol

Dalam dosis wajar, Parasetamol memang aman. Namun dalam dosis besar ia dapat menimbulkan efek samping khususnya kerusakan hati. Berapa dosis yang berbahaya? Bisa berbeda-beda tergantung usia, berat badan, kondisi pengguna dll. Namun, pada umumnya dosis 4.000 mg per hari dianggap sebagai dosis maksimal bagi orang dewasa, sedangkan dosis untuk anak diukur berdasarkan berat badannya. Yang jelas, tentu jauh lebih kecil daripada orang dewasa.

Dosis maksimal sebesar 4.000 mg untuk orang dewasa tampaknya sangat besar dan tidak mungkin tercapai. Tapi tanpa kita sadari, dosis sebesar itu bisa saja kita konsumsi. Bayangkan saja, sebagian besar obat panas dan sakit kepala (untuk orang dewasa) berisi Parasetamol dengan kandungan sekitar 500 mg. Bahkan pada saat ini sudah tersedia obat dengan kandungan Parasetamol yang lebih besar daripada 500 mg, misalnya 650 mg. Itu artinya, 4.000 mg akan setara dengan hanya 6-8 butir obat. Bila sakit kepala hebat dan kita mengonsumsi obat tersebut 3-4 kali sehari dan setiap kalinya 2 tablet, maka dosis tersebut akan tercapai bahkan terlewati.

Mari kita ambil contoh kasus. Seseorang pergi ke dokter dan mendapat obat batuk pilek di mana salah satu unsur yang terkandung dari obat tersebut adalah Parasetamol, namun si pasien tidak tahu (dan hal ini cukup umum terjadi, bukan hal yang aneh apalagi langka). Lalu, karena merasa kepalanya masih sakit, ia memutuskan untuk minum obat sakit kepala yang dibeli sendiri di warung dengan asumsi bahwa obat bebas dari warung pasti aman karena tidak sekuat obat dari dokter. Padahal obat sakit kepala dari warung itu pun ternyata mengandung Parasetamol. Yang terjadi adalah ia mengonsumsi Parasetamol dalam dosis yang berlipat.

Pada kasus lainnya, seseorang merasa badannya ngilu disertai pilek. Agar bisa tetap bekerja, ia memutuskan untuk minum obat pilek dari warung dan juga obat yang katanya bisa mengurangi nyeri otot. Ternyata, ada kandungan yang sebenarnya sama di dalam kedua obat tersebut. Apalagi kalau bukan si Parasetamol.Apakah orang tersebut menyadari hal ini? Hampir pasti tidak.

Bagaimana kerusakan organ hati bisa terjadi?

Saat kita mengonsumsi Parasetamol, sebagian besar dari obat tersebut akan diserap dengan cepat melalui dinding usus ke dalam pembuluh darah. Namun ada sekitar 25% obat akan langsung dibuang melalui organ hati. Hati akan mengubah Parasetamol menjadi bentuk yang mudah dibuang melalui urin.

Mekanisme kerusakan hati akibat Parasetamol sesungguhnya disebabkan oleh kenyataan tersebut. Dalam dosis normal, substansi yang terbentuk tidak berbahaya dan mudah dibuang, namun dalam keadaan overdosis, terbentuklah suatu substansi yang toksik yang dikenal dengan nama N -acetyl-benzoquinoneimine (NAPQI). Dan substansi inilah yang menjadi biang kerok kerusakan hati.

Parasetamol memang memiliki rentang keamanan yang cukup sempit. Artinya, sedikit dosis melebihi dosis maksimal sudah berpotensi menimbulkan efek samping. Bahkan bila kita mengonsumsi dosis berlebih dalam jangka pendek, efek samping akut masih bisa terjadi.

Pada sebagian orang, misalnya para pengonsumsi alkohol dan penderita gangguan hati, dosis yang lebih kecil sudah bisa menimbulkan efek samping.

Parasetamol dalam kemasan cair yang diperuntukan bagi anak pun bisa menimbulkan overdosis karena dosis per sendok yang tidak standar. Misalnya ada produk yang memiliki kandungan Parasetamol sekitar 120 mg per sendok takar, tapi ada pula yang sekitar 160 mg per sendok takar. Suatu perbedaan dosis yang cukup jauh, khususnya bagi anak-anak. Bila orang tua tidak menyadari perbedaan ini dan mengonsumsi sendiri tanpa petunjuk dokter (karena parasetamol toh dijual bebas di warung), kesalahan bisa saja terjadi.

Apa yang harus dilakukan?

   1. Lebih berhati-hati saat mengonsumsi obat. Baca kandungan obat yang diberikan, khususnya bila obat tersebut adalah obat bebas.
   2. Ikuti petunjuk dokter bila obat tersebut berdasarkan resep dokter
   3. Jangan menambahkan obat bebas saat mengonsumsi obat dokter kecuali telah disetujui oleh dokter
   4. Utamakan pencegahan penyakit, bukan penyembuhan
   5. Bila merasa ada yang aneh setelah mengonsumsi suatu obat, segera hubungi dokter Anda

Apakah Parasetamol masih boleh dikonsumsi?

Sampai saat ini Parasetamol masih dianggap cukup aman dan efektif, asal penggunaannya sesuai aturan dan kondisi pengguna.
Diterbitkan di:

    * Obat

on Agustus 5, 2009 at 5:24 pm  Tinggalkan sebuah Komentar 
Tags: hati, parasetamol
Ingus hijau belum tentu perlu antibiotika

Kalau sekarang ingus hijau masih sering diartikan sebagai infeksi bakteri, maka penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal edisi 22 Juli ini mungkin harus kita perhatikan baik-baik.

Penelitian tersebut mendukung pendapat bahwa dokter seharusnya tidak meresepkan antibiotika untuk pasien dengan hidung “berair” dengan ingus yang berwarna. Maksudnya disini adalah kasus-kasus yang dikenal dengan istilah rhinitis mukopurulen, artinya inflamasi hidung dengan sekret yang berwarna.

Terkadang, dokter enggan memberikan antibiotika untuk kasus yang diyakini tidak memerlukan obat tersebut. Tapi, orang tua seringkali malah memaksa dengan berbagai alasan, misalnya dengan mengatakan bahwa tanpa antibiotika anaknya tidak akan sembuh. Sebetulnya, “Center for Disease Control” sudah memberikan petunjuk kepada dokter dengan kalimat berikut. When parents request antibiotics for rhinitis or the “common cold”… Give them an explanation, not a prescription.

Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa pasien akan membaik walau tidak diberikan antibiotika. CDC juga pernah menjelaskan bahwa untuk pilek yang tidak mengalami komplikasi, batuk dan hidung berair memang bisa berlangsung lebih dari 2 minggu, bahkan lama setelah gejala lain reda.

Tentu saja kita harus tetap memeriksakan diri pada dokter. Dokter akan mendiagnosa dan menentukan langkah pengobatan yang harus dilakukan. Paling tidak, mari kita tidak memaksa dokter untuk memberikan antibiotika yang sesungguhnya mungkin tidak ingin diberikan oleh dokter tersebut. Dan dokter pun harus melakukan apa yang diyakininya sebagai tindakan yang tepat tanpa terpengaruh paksaan orang lain.



Abstrak

Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman. Karena saat itu antipiretik dan analgesik yang ada sangat keras terhadap sistem pencernaan. Pada percobaan ini diperoleh persen rendemen .

Dalam tablet aspirin komersil sering kali masih terdapat asam salisilat didalamnya, juga ada tablet yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu diuji kandungannya dengan uji FeCl3 dan diuji kadarnya dengan titrasi asam basa. Pada percobaan ini aspirin komersil masih mengadung asam salisilat sedangkan kandungannya adalah 66,15 % yang berarti telah memenuhi kadar kelayakan aspirin dalam sediaan farmasi oral menurut standar FDA.


Pendahuluan

Latar Belakang
Sifat antipiretik dan analgesik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. salicin merupakan kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula terikat pada non-glikosa L.
Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam salisilat. Asam salisilat sangat keras terhadap bibir kerongkongan dan perut, sehingga kimiawan felix Hoffmann yang awalnya terinspirasi oleh sakit artritis yang

botol-aspirin

 diderita ayahnya, mensintesis asam asetil salisilat yang dinamakan aspirin yang ringan terhadap perut. Dengan  senyawa ini Hoffmann dapat mengobati ayahnya tanpa mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti efek  samping obat artritis pada masa itu. Itulah salah satu fungsi aspirin yang dicobakan pada praktikum.

 indikasi aspirin adalah untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot  serta menurunkan demam.

Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mensintesis aspirin dari asam salisilat.
2. menentukan persen rendemen hasil sintesis
3. Menguji keberadaan asam salisilat
4. menentukan kadar aspirin dalam suatu senyawa menggunakan metode asam basa
5. Menentukan titik leleh asam salisilat
6. Menentukan titik leleh kristal aspirin dari hasil praktikum.

Teori Dasar
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.

                                                                    



Sedangkan reaksi dengan methanol akan menghasilkan metil salisilat

Uji terhadap asam salisilat, ”my aspirin”, dan aspirin komersil digunakan untuk menguji kemurnian aspirin, khususnya mendeteksi apakah masih terdapat asam salisilat dalam sampel. Kemurnian aspirin bisa diuiji dengan menggunakan besi(III) klorida. Besi(III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol, seperti terlihat pada gambar.

Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh, dimana seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 oC . Persen rendemen dapat dihitung dengan :

Sedangkan untuk kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa menggunakan NaOH setelah Kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik)

Metodologi

Alat
Penangas air, erlenmeyer 125 ml, batang pengaduk, klem, corong buchner, tabung reaksi, tabung kapiler, melting blok, bunsen, termometer, buret.

Bahan
1,4 g asam asetil salisilat, anhidrida asetat, asam phosphat 85%, aqua dm, etanol, FeCl3, fenolftalein, tablet aspirin, NaOH 0,1 M.

Cara Kerja

Sintesis Aspirin
Sebanyak 1,4 g asam salisilat dimasukan kedalam erlenmeyer 125 ml. Lalu ditambahkan 4 ml anhidrida asetat sambil dibilas. Ditambahkan juga H3PO4 85% sebanyak 5 tetes, setelah itu dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat dan ditambahkan 2 ml aqua dm. Ditunggu selama 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml aqua dm. Dibiarkan hingga mengkristal, bila tidak mengkristal dapat dilakukan penggoresan dinding dengan batang pengaduk. Ditambahkan 50 ml aqua dm dingin. Ditunggu hingga terbentuk kristal bila sudah terbentuk dimasukkan ke corong buchner lalu dipisahkan. Setelah itu dilakukan rekristalisasi. Ditambah 5 ml etanol dan 20 ml air hangat. Dipanaskan dan ditunggu hingga semua larut lalu dsaring dengan corong buchneer. Setelah didapat kristal lalu ditimbang dan dihitung rendemen.

Uji terhadap aspirin
Disiapkan 3 tabung reaksi yang sudah diberi anama asam salisilat, my aspirin, dan komersial aspirin. Dimasukkan masing – masing zat seperti yang sudah ada label. Setelah itu ditambah 20 tetes aqua dm sanbil digoyang. Setelah itu ditambah 10 tetes FeCl3 10%, diamati perubahan warna yang terjadi.

Penentuan titik leleh
Disiapkan 2 tabung kapiler, lalu di issi dengan sampel aspirin dan hasil sintesis. Dipasang melting blok dan termometer distatif. Dimasukkan juga pipa kapiler yang sudah diisi ke melting blok. Dipanaskan dengan bunsen. Diamati trayek titik lelehnya.

Analisis kandungan aspirin
Dimasukkan 2 tablet aspirin ke erlenmeyer 125 ml, sebelumnya dihancurkan hingga terlihat seperti bubuk terlebih dahulu. Dimasukkan 10 ml etanol dan 3 tetes fenolftalein, serta aqua dm hingga 50 ml. dititrasi dengan NaOH 0,1 ml hingga berubah warna. Dicatat volumenya lalu dihitung berapa masa asetil salisilat, menurut literatur kekuatan asam asetil salisilat minimal 5 grains (1 grains = 0,0648 g).

Data Pengamatan

Sintesis Aspirin
Kristal asam salisilat berwarna putih. Larutan yang dibentuk dari asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dan 5 tetes larutan 85% H3PO4 keruh. Setelah 5 menit dipanaskan, larutan berubah menjadi bening. Kemudian ditambahkan air ke dalam larutan sehingga larutan menjadi keruh kembali, namun setelah beberapa lama, terbentuk kristal putih. Kristal ini dilarutkan dengan etanol dan direkristalisasi.

aspirin

Kristal aspirin

Didapat kristal berwarna putih berbentuk jarum yang bermassa 0.8225 gram.

Uji terhadap aspirin

img2939a   “my aspirin” aspirin komersil asam salisilat

 setelah ditetesi FeCl3 larutan memberikan warna yang berbeda-beda pada tabung. Tabung “my aspirin”    memberikan warna orange muda, tabung aspirin komersil memberikan warna orange keunguan,      sedangkan asam salisilat memberikan warna ungu.

Penentuan titik leleh
Titik leleh asam salisilat adalah 150-156 ?C dan titik leleh “my aspirin” adalah 120-124 ?C.

Analisis kandungan aspirin

img2936a

Pada analisis kadar aspirin menggunakan tritasi asam basa dengan sampel larutan tablet aspirin 0,2 gram, dan NaOH 0.098 N sebagai peniter, NaOH yang digunakan adalah 7.5 ml.

Perhitungan

Sintesis Aspirin
Massa asam salisilat : 1.4 gram,
Maka, mol asam salisilat =

Persamaan reaksi :

Mol aspirin sama dengan mol asam salisilat
Jadi massa aspirin = mol aspirin ? Mr aspirin = 0.010145 mol ? 180
= 1.8261 gram
Persen rendemen dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

Jumlah mol NaOH yang bereaksi = 0,098 M x 7.5 mL = 0.735 mmol
Persamaan reaksi :

0.735 mmol 0.735 mmol

Massa aspirin dalam sampel
= 0.735 ? 180 = 132.3 mg
Massa tablet yang digunakan adalah 0,2 gram, maka kadar aspirin dalam tablet
= (132,3 mg)/(200 mg) x 100 %=66,15 %

Pembahasan
Sintesis Aspirin
Pada pembuatan aspirin terjadi reaksi sebagai berikut :

H3PO4 yang ditambahkan, digunakan sebagai katalis, reaksi ini juga dilakukan pada air yang dipanaskan agar mempercepat tercapainya energi aktivasi. Sedangkan pendinginan dimaksudkan untuk membentuk kristal, karena ketika suhu dingin, molekul-molekul aspirin dalam larutan akan bergerak melambat dan pada akhirnya

terkumpul membentuk endapan melalui proses nukleasi (induced nucleation) dan pertumbuhan partikel

mekanismenya adalah sebagai berikut :

Anhidrida asetat menyerang H+

Anhidrida asam asetat mengalami resonansi

anhidrida asam asetat menyerang gugus fenol dari asam salisilat

H+ terlepas dari –OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat

anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat (aspirin)

H+ akan lepas dari aspirin

Rendemen hasil praktikum ini , hal ini terjadi karena banyaknya Kristal yang menempel di alat-alat sintesis seperti corong Buchner, gelas kimia dan sebagainya.

Uji Terhadap Aspirin
Fenol yang bereaksi dengan FeCl3 akan memberikan warna ungu, karena asam salisilat adalah senyawa yang mengandung Fenol maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga akan memberikan warna ungu.
Dari percobaan diproleh bahwa
Asam salisilat + FeCl3 berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung fenol
Dari literatur dapat dilihat bahwa asam salisilat memang mempunyai gugus fenol

Reaksi antara ”my aspirin” dengan FeCl3 memberikan warna orange muda, berarti dalam aspirin tidak lagi mengandung asam salisilat.
Reaksi antara aspirin komersil dengan FeCl3 memberikan warna orange gelap dengan sedikit keunguan, berarti hanya mengandung sedikit sekali asam salisilat.

Penentuan Titik Leleh Asam Salisilat dan Aspirin
Berdasarkan literatur, titik leleh asam salisilat adalah 159 oC, dari hasil percobaan diperoleh titik leleh asam salisilat 150-156 ?C, hasil ini tergolong sesuai, sedikit berbeda dengan literatur karena ketidaktelitian pengukuran titik leleh.
Titik leleh ”my aspirin” hasil percobaan 120-124 ?C. Berdasarkan literatur, titik leleh aspirin adalah 136 oC. Berbeda dengan literatur karena masih adanya sedikit pengotor pada kristal aspirin.

Analisis Kandungan Aspirin dalam Tablet Aspirin Komersial
kadar aspirin dalam tablet = 66,15 %
terdapat reaksi sabagai berikut,
sampai pada akhirnya semua aspirin telah bereaksi dan terdapat NaOH yang memberikan warna merah muda ketika bereaksi dengan indikator fenolftalein.
Aspirin yang terkandung dalam 0,2 g sample adalah 132,3 mg. Jika dikonversikan ke dalam 0,5 g (standard satu tablet) akan didapatkan massa aspirin sebesar 330 mg. Standar kelayakan berdasarkan FDA adalah minimal 5 grains asam asetil salisilat dalam 1 tablet (1 grains = 0,0648 g). berarti minimal harus terdapat 0,324 g asam asetil alisilat dalam 1 tablet. Jadi berdasarkan uji ini, kandungan aspirin dalam tablet memenuhi standar FDA.

Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan :
Persentase rendemen hasil sintesis aspirin adalah 66,15 %
”my aspirin” tidak mengandung asam salisilat, sedangkan dalam aspirin komersil masih terdapat sedikit asam salisilat
Aspirin adalah kristal putih berbentuk jarum dengan trayek titik leleh 120-124
Asam salisilat berbentuk kristal putih serbuk dengan trayek titik leleh 150-156 ?C
kadar aspirin dalam tablet = 66,15 %, kadar ini memenuhi standar FDA

Daftar Pustaka
Furniss, Brian S., et al., Vogel’s Textbook of Practical Organic Chemistry 5th Edition-Revised. 1989. Longman Scientific & Technical, Essex, England. (page 135 -151, 236-240).

Gusdinar, Dr. Tutus, slide kuliah analisis gravimetri.2008. Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung (page 20-21)

http://farmasi.unlam.ac.id/pendidikan/GBPP/Kimia%20organik%202%20GBPP.pdf (diakses tanggal 16 Desember 2008)

Dr. Ritmaleni, mengenal lebih dekat
prekursor narkoba.2008. Fakultas
Farmasi UGM, Jogjakarta
(halaman : 6)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas perhatiannya...