SELAMAT DATANG

Hidup tanpa sehat takkan bahagia

Rabu, 20 Oktober 2010

KISAH SISTEM IMUN


Lagi-lagi aku berdiri disini. Di pojokan belakang sekolahku. Sendiri. Aku adalah Limfosit. Tapi berbeda dengan teman-temanku yang sudah menentukan dimana dia akan meneruskan kariernya, aku masih bingung. Bingung akan masa depanku. Endah mau jadi helper, plasma, Citotoksin ato Supresor. Aku bingung. Kata orang aku naive. Yah aku adalah limfosit naive. Karena aku belum mengetahui kerasnya dunia ini. Belum mengetahui berbagai macam antigen. Aku adalah Limfosit Null. Limfosit yang tak tahu akan menjadi apa, tapi bisa menjadi apa saja. Eh, lupa. Aku ini keluarga dari klan T. Secara umum, spesies kami terbagi menjadi dua keluarga besar, T dan B. Entah apa yang mendasarinya. Tapi kakekku berkata dari nenek moyang sudah begitu. Yah kami bisa apa? Yang pasti kami berbeda, tapi bisa bekerja sama. Kami tak sempurna, tapi bisa bersinergi. Kata pepatah lama, dua dalam keselasaran mengalahkan satu dalam kesempurnaan. Karena perbedaan kami, kami bisa mengalahkan sesuatu yang sempurna sekalipun. Ah. Jadi bercerita terlalu banyak gini.

B dan T bersekolah di tempat berbeda karena tugas kami berbeda, eh sama, tapi kami menjalani tugas dengan cara berbeda. Si B sekolah di Sumsum Tulang. Kami di Timus. Di sekolah ini kami belajar banyak hal tentang dunia luar. Walau aku masih belum bisa ngapa-ngapain, tapi aku sudah tahu banyak hal.

Di dunia ini, dunia bernama Tubuh, akan ada banyak serangan dari alien yang masuk ke dunia kami. Selain itu serangan bisa saja datang dari kriminal di dunia kami. Mulai dari tumor yang serakah dan ngambil makanan sel sekitar tanpa pernah puas. Sel sel yang udah tua dan mati, serta sel yang bisa mengganggu keseimbangan dunia. Untuk melawan serangan itu, di dunia ini ada yang suatu sistem yang menjaganya. Sistem Imun. Itu kata guruku.

Dulu aku ingin menjadi pahlawan. Mengalahkan monster dan alien. Aku ingin menjadi limfosit T paling kuat di dunia. Tanpa disadari aku menjadi sombong karena terlahir sebagai Limfosit. Aku sering menganggap rendah sel lain, seperti epitel, ato mukus yang menjijikan karena dia berlendir. Aku menjadi angkuh, karena aku yakin hanya aku, limfosit, yang bisa melawan mereka. Tapi ternyata aku salah. Guruku membuka mataku, bahwa sistem Imun, sistem tempatku bekerja, berusaha, dan berjuang untuk menyelamatkan dunia, tidak bisa dibangun dan dikerjakan hanya oleh 1 orang atau satu kelompok saja. Sistem adalah keseluruhan mekanisme berbeda yang secara sinergis bekerja sama untuk satu tujuan. Jika satu bagian rusak, maka sistem secara keseluruhan akan terganggu. Dan ternyata sel epitel dan mukus adalah bagian dari sistem ini. Bagian sistem imun. Malah mereka adalah bagian dari kami yang paling berani karena maju di depan sebagai baris pertahanan pertama. Aku jadi merasa malu pernah menganggap mereka remeh, padahal dari kisah guruku, kami para Limfosit adalah yang paling jarang bekerja, karena sebagian besar ancaman cukup diatasi oleh baris pertama sistem imun.

Apakah kalian bosan mendengar ceritaku? Kalaupun kalian tidak, aku bosan. Sangat membosankan. AKu bingung mau jadi apa, padahal sebentar lagi aku lulus. Sudah tak bisa lagi main-main. Sudah saatnya aku bekerja membela dunia ini. Oh yah, cerita organisasi imun secara keseluruhan mungkin dibagi menjadi 2, alami dan didapat. Alami adalah benteng pertama. Sudah ada sejak lahir, Ga perlu pendidikan. Mereka, seperti yang kusebut tadi beranggotakan epitel, mukus dan berbagai macam fagosit. Jika ada gangguan, mereka turun pertama kali.

Tugasku, tugas kami, sebagai limfosit adalah untuk belajar. Kami mempelajari berbagai macam informasi antigen, agar kami bisa melawan berbagai macam monster parah. Karena itu kami disebut imunitas didapat, karena kami harus mendapatkan antigen agar bisa bekerja. Aku sendiri belum pernah terpajan antigen, belum tahu kerasnya dunia, jadi aku masih belum bisa bekerja. Kami kerja memang sangat lama, karena kami bekerja sangat khusus untuk antigen tertentu. Jadi perlu dipastikan dulu itu antigen apa. Susah.

Dari masa sekolah, memang aku paling benci yang namanya mata kuliah MHC HLA dan Antigen. MHC adalah data semua antigen yang ada di alam semesta. HLA hanya ada di manusia. Antigen adalah senyawa tanda. Pertama kali mengetahui antigen, aku mengira antigen hanya dimiliki musuh, tapi ternyata sel di dunia ini juga punya antigen, tapi kami tidak akan menyerangnya, karena kami dididik untuk toleran terhadap protein teman. Oh yah. Khusus untuk T, waktu awal dunia, semua bakal calon di tes terlebih dahulu. Kami diberikan semua antigen yang dimilliki oleh teman-teman sel lain di dunia ini, dan siapa yang terpengaruh akan dibunuh, dilenyapkan. Memang agak menyeramkan, tapi itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan dunia ini. Aku turut kasihan sama temanku yang hanya karena berikatan dengan antigen teman, malah dimusnahkan.

"Woi, kamu yang lagi bengong. Cepat kesini."

"Hah? Saya?" aku terkejut.

"Iya, seluruh limfosit, walau masih murid, dipanggil Keadaan gawat. Ada serangan alien Mikobakterium. Serangan sudah sampai hati. Cepat kesana. Sekarang!"

"Kok saya sih. Saya ga bisa apa-apa."

"Jangan membantah. Cepat. Ini darurat. Siaga Satu!"

"Iya, Siap bertugas!"

Aku bingung, tapi sekaligus penasaran. Kalau limfosit T 0 sepertiku aja dipanggil, artinya keadaan sangat gawat. Monsternya mungkin sangat kuat. Ah. Akhirnya sampai.

"KAMI AKAN MENGUASAI DUNIA INI!"

Aku melihat monster yang sangat besar. Menyeramkan sekali. Apakah itu Mikobakterium?

"Tahan barisan. Tahan. Jangan biarkan lewat!" aku melihat berbagai macam makrofag membentuk benteng untuk mengelilingi sel alien itu. Baru kali ini aku melihat epiteloid, benteng itu, secara langsung. Madan pertempuran sangat berbahaya, Kata guruku, mikobakterium akan menyerang paru terlebih dahulu. Jika sudah sampai hati, artinya ini sangat berbahaya. Entah sudah berapa lama dan berapa banyak Mikobakterium itu menginvasi dunia ini.

Situasi peperangan sangat menyeramkan. Mikobakterium sudah membantai sel sekitarnya, termasuk makrofag dan limfosit. Mikobakterium itu menumpuk mayat yang sudah dibunuhnya menjadi seperti keju. Pantas nama kondisinya adalah Perkejuan. Aku melihat bagaimana sistem Imun bekerja secara sinergis untuk melawan tantangan itu.

Makrofag, sang ksatria bertarung dengan gagah berani. Di belakangnya ada banyak limfosit dewasa. Sel Plasma, upgrade dari sel B dengan indahnya mengeluarkan berbagai macam serangan sihir ke Mikobakterium. SIhir bernama Antibody. Lalu di belakangnya lagi ada supporter. Limfosit T Helper yang membantu sel lain untuk mengalahkan Mikobakterium dengan sihir penyembuh dan peningkat kekuatannya. Dari interleukim sampai interferon.

"Hei. Kamu anak baru. Baca ini cepat." Makrofag. Makrofag adalah salah satu sel yang tugasnya memasak antigen lalu mempresentasikannya ke sel T. Nama lainnnya APC, Antigen Presenting Cell. Selain Makrofag, ada koki lain seperti LImfosit B yang bisa mengenali antigen bebas secara langsung, serta sel dendrik. Sel T seperti kami tidak bisa membaca antigen langsung dari sumbernya, karena itu antigen itu harus diolah dan diambil yang bergizi dan spesifik saja. Namanya epitop. Epitop itu dimasak sesuai resep MHCnya, lalu disajikan dengan enak bersama MHC.

Resep MHC ada dua jenis, MHC class satu bisa dimasak oleh semua sel tubuh yang bernukleus. Itu makanannya T citotoksin CD8. Kalo sel tubuh terinfeksi oleh patogen intrasel, virus misalnya, sel itu akan mendeteksi antigen asing di tubuhnya, lalu epitopnya diambil, disajikan bersama MHC I, lalu dibaca oleh CD8. Lalu CD8 itu makan Antigen, lalu menghancurkan sel terinfeksi itu serta memanggil anggota Limfosit lain.

Karena dia makrofag, jadi pastilah ini MHC II. Apakah aku bisa membacanya. Aku mencoba makan antigen itu. Ternyata rasanya enak. Sangat enak. Ternyata aku bisa mengenalinya. Baiklah aku akan menjadi CD8. Sudah kuputuskan untuk menjadi Supporter. Sel pembantu. Walau tidak bertahan atau melawan langsung, tapi tanpa sel Helper, sistem imun tak akan bekerja, karena T Helper adalah pengaktivasi sistem imun. Kata cerita orang, virus yang sangat kuat, HIV, menyerang sistem imun, T helper, sehingga tak ada yang mengaktifkan sistem imun ini untuk melawan HIV.

"Anak baru. Bisa dibaca tidak?"

"Oh, bisa kok. Baiklah. Hmm, seingatku begini. Keluarlah Limfokin no Jutsu!"

Dari tanganku keluar sihir yang sangat aneh. Cahayanya keren. Limfokin adalah sihir putih untuk membantu dan memberikan kekuatan bagi teman-temanku.

"Nih, Interleukin" kuberikan makrofag itu jurus untuk menjadikannya makin kuat.

"Terima kasih, anak baru. Ayo kita kalahkan mereka bersama-sama!"

"Siap."

Ini hari pertamaku ditugaskan, ini hari pertamaku jadi CD4, tapi aku sudah memperoleh tugas yang sangat banyak. Interleukin nomor 2 ku akan memperkuat CD8, Limfosit T penyerang, agar semakin kuat. Selain itu IL2 juga akan memicu CD4 lainnya agar teman-teman CD4 semakin kuat.

Selain itu, IL nomor 4, 5 dan 6 akan memberikan kekuatan baru bagi limfosit B agar semakin aktif, menjadi sel plasma dan produksi antibodinya semakin kuat. Antibodi adalah sihir untuk melawan antigen asing, menggumpalkannya, merusak, bahkan menghancurkan sel antigen, melemahkan, juga menghilangkan efek racun dari musuh. Antibodi yang tidak diproduksi dengan Interleukin akan menjadi lemah dan tak bertenaga. Karena itu tugasku sangat diperlukan di sini.

Selain itu aku juga bertugas mengeluarkan Limfokin interferon agar sel limfosit pembunuh, Natural Killer, menjadi aktid dan bekerja. Sungguh tugas yang berat

1 komentar:

  1. bagus ceritanya^^tolong bikin tentang cerita mekanisme auto imun sehinggha sel T tidak bisa mengenali dia kembali??

    BalasHapus

Terima kasih atas perhatiannya...