SELAMAT DATANG

Hidup tanpa sehat takkan bahagia

Jumat, 25 Maret 2011

PENYEBAB CVA

Stroke atau CVA (Cerebrovascular Accident) atau penyakit peredaran darah otak adalah kerusakan pada bagian otak yang terjadi bila pembuluh darah yang membawa oksigen dan zat-zat gizi ke bagian otak tersumbat atau pecah
Penyebabnya bisa karena emboli, trombosis atau hemmorage (perdarahan berat) di dalam otak atau subaraknoid (terletak diantara aknoid dan piamater).
Trombosis adalah formasi thrombus, substansi semacam bekuan darah di dalam pembuluh darah. Stroke terjadi saat thrombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan kongesti dan radang. Trombosis adalah penyebab utama stroke pada usia setengah baya atau tua (kelompok ini biasanya memiliki pengapuran arteri, diabetes dan tekanan darah tinggi). Resiko adanya trombosis ini muncul bersamaan dengan kegemukan, merokok dan kontrasepsi oral.
Embolisme merupakan penyebab stroke paling umum yang kedua, adalah penghambatan pembuluh darah oleh sebuah embolus (darah beku berbentuk pecahan) dari tumor, substansi lemak, bakteria atau udara. Embolisme dapat terjadi pada segala usia terutama diantara orang-orang yang pernah mengalami pembedahan jantung terbuka atau yang memiliki riwayat penyakit rematik jantung, endokarditis (radang bagian dalam jantung), penyakit katup jantung tipe tertentu atau detak jantung yang tidak normal tipe tertentu. Embolisme biasanya berkembang dengan cepat dalam 10 hingga 20 detik dan tanpa tanda-tanda peringatan.
Hemmorage (perdarahan berat) adalah penyakit stroke ketiga yang terjadi tiba-tiba pada segala usia yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi kronis atau aneurisme yang menyebabkan pecahnya arteri otak secara tiba-tiba. Kerusakan ini menghentikan penyediaan darah pada bagian yang selama ini dilayani oleh arteri tersebut. Darah berkumpul dalam otak sehingga menekan jaringan otak dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah

Hemiparesis Sinistra Spastik Pada Pasien Stroke Non Hemoragik.



Abstrak
Stroke non hemoragik (non perdarahan) merupakan penyakit stroke yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Hemiparese spastik disebabkan karena pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral. Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik.

Key Word : Hemiparese Sinistra Spastik, Stroke Non Hemoragik.

Kasus:
Seorang pria usia 50 tahun datang ke IGD RSUD Kodya Wirosaban dengan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa di gerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang lalu. ada riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, GCS : E3V5M6,  Tekanan Darah 190/120 mmhg, HR :88x/m, RR: 24 x/m dan to:36oC. Pemeriksaan Neurologi : Orientasi Baik, Jalan Pikiran Relevan, Daya Ingat baik, Pupil Isokor. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada reflek Fisiologis, Ada Reflek Patologis babinski

Diagnosis : Pasien ini didiagnosis Observasi Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragik

Terapi : Pasien ini diberikan terapi Infus Nacl, Infus Manitol. Injeksi Farsix 3x1, Captopril 3 x25 mg, dan Farmasal 2x1.

Diskusi
Pada pasien di temukan keluhan anggota gerak kiri tidak bisa digerakan sejak 2 hari yang lalu. Sebelumnya OS pernah memiliki riwayat stroke 5 bulan yang lalu. Ada Riwayat Hipertensi, Merokok. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, pusing sebelum dan setelah keluhan muncul. Motorik kekuatan ekstremitas atas dan bawah kiri :1/3, kanan :5/5. Gerakan Ekstremitas atas dan bawah kanan :Bebas/Bebas , Kiri :Terbatas/Terbatas, Ada Reflek Fisiologis, Tidak ada Reflek Patologis dapat ditegakkan diagnosis Hemiparesis Sinistra Spastik ec Stroke Non Hemoragic.
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Jaras piramidalis saat melewati crus posterior kapsula interna akan berdampingan dengan saraf afferent (sensorik). Sehingga jika terjadi lesi pada daerah tersebut, maka akan terjadi hemihipestesia kontralateral.
Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global yang terjadi secara akut, berlangsung lebih dari 24 jam, terjadi akibat gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral dan iskemik atau infark serebri. Tidak termasuk disini gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma (WHO,1986).
Stroke non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Arteria serebri media atau anterior lebih jarang menjadi tempat aterosklerosis karena darah terdorong melalui sistem vaskular gradien tekanan. Tetapi pada pembuluh yang menyempit, aliran darah yang lebih cepat melalui lumen yang kecil akan menurunkan gradien tekanan di daerah tersebut. (Price, 2005)
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi. (Misbach, Harmani; 2007)
Gejala Stroke
      Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
      Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. beberapa gejala stroke berikut:
Bicara tidak jelas, sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran. Penglihatan ganda dan pusing. ketidakseimbangan dan terjatuh. Pingsan. Pergerakan yang tidak biasa.Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
           Dari gejala yang muncul dapat ditetapkan letak lesi pada kortikal, subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis, talamus) dan batang otak serta medula spinalis. Bila topik di kortikal akan terjadi gejala kinis berupa afasia, gangguan sensorik kortikal (position, point localization, graphesthesia, stereognosis), muka dan lengan lebih lumpuh (a. Serebri media) atau tungkai lebih lumpuh (a. Serebri anterior), eye deviation (penyimapangan penglihatan, topik di kortikal) dan hemiparesis disertai kejang. Bila topik di subkortikal akan timbul tanda : muka, lengan dan tungkai sama berat lumpuhnya (khas untuk lesi di kapsula interna), dystonic posture (tampak pada lesi di ganglia basalis), gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi lesi pada kapsula interna.
      Dikenal beberapa pola gangguan neurologik yang mengisyaratkan stroke telah terjadi, yakni bila kumpulan gejala dan tanda yang muncul mengambarkan terkenanya daerah perdarahan tertentu dari suatu pembuluh darah otak yang kebanyakan mengenai satu sisi. Sedangkan pola yang lain berkaitan dengan infark kecil yang terletak jauh di dalam jaringan otak. Bila yang tekena daerah perdarahan arteri karotis akan menimbulkan sindroma berkenaan dengan cabang-cabang superfisial arteri serebri media dengan tanda-tanda : kelemahan sensorimotor wajah dan lengan atau hemiparesis, afasia (gangguan bicara) bila yang terkena hemisferium yang dominan, gangguan penglihatan, mata dan kepala berputar ke arah sisi lesi otak. Sindroma berkenaan dengan cabang-cabang profunda arteri serebri media berupa kelumpuhan motorik murni, hemiparesisatau heniplegi (tanpa ganguan sensorik maupun visual) yang mengenai salah satu sisi tubuh seluruhnya (mencakup wajah, lengan dan tungkai). Sindrome berkenaan dengan gangguan komplit arteri serebri media berupa gabungan antara hemiparesis atau plegia yang merupakan bagian dari sindrom cabang-cabang profunda dengan gangguan sensorik, visual dan bicara yang merupakan sindrome cabang-cabang superfisial arteri serebri media. Sindroma berkenaan dengan arteri serebri anterior berupa monoparesis sensorimotor anggota bawah atau berupa hemiparesis yang berkembang meluas, gangguan lebih nyata pada anggota bawah dan bagian proksimal anggota atas. Sering dijumpai inkontinensia urin, juga adanya refleks menggenggam pada sisi anggota yang terkena.
      Bila topik di batang otak akan muncul gejala berupa : hemiparese/plegi alternans, tanda-tanda serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, nyeri, suhu dan kornea wajah ipsilateral dan gangguan nyeri suhu pada badan kontralateral, diasartria, gangguan menelan, gerakan mata abnormal dan deviasi lidah. Bila topik di medula spinalis akan timbul : muka biasanya tak tampak kelainan, Brown Sequad Syndrome, gangguan sensoris dan keringat sesuai tingi lesi, gangguan miksi dan defikasi (Mangunsong, 1992)

Kesimpulan
Pengaturan motorik anggota gerak di persarafi oleh jaras kortikospinalis (piramidalis). Jaras ini akan menyilang ke kontralateral pada decussatio piramidalis di medulla oblongata. Sehingga lesi di salah satu hemisfer akan menimbulkan efek pada sisi kontralateralnya.non hemoragik (iskemik) terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Sumbatan aliran di arteri karotis interna sering menjadi penyebab stroke pada orang usia lanjut, yang seirng mengalami pembentukkan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi stenosis (penyempitan). Pada pasien terjadi hemiparese sinistra spastik sehingga kemungkinan besar kerusakan pada hemisfere dextra otak. Kerusakan hemisfer dextra disebabkan oleh stroke non hemoragik.